Nah kali ini saya akan sedikit bercerita tentang
perjalanan adventure di Pulau Sempu, Pulau Sempu adalah sebuah
pulau kecil yang terletak di sebelah selatan Pulau Jawa secara administratif berada di Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Pulau yang ditumbuhi pepohonan tropis seluas 877
hektar ini adalah cagar alam yang di kelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur (BBKSDA) dan
Departemen Kehutanan Indonesia. Secara resmi tempat ini diakui sebagai cagar alam sejak 1928 pada masa pemerintahan Hindia
Belanda. Secara geografis, Pulau Sempu terletak di antara 112° 40′ 45″ - 112°
42′ 45″ bujur timur dan 8° 27′ 24″ - 8° 24′ 54″ lintang selatan. Pulau itu
memiliki luas sekitar 877 hektare, berbatasan dengan Selat Sempu (Sendang Biru)
dan dikepung Samudera Indonesia di
sisi selatan, Timur dan Barat.
Pulau
Sempu memiliki berbagai jenis ekosistem mulai dari hutan pantai, hutan bakau,
dan hutan tropis dataran rendah yang
mendominasi seluruh pulau, nah dari sini saya mulai menceritakan sebuah
perjalan yang cukup panjang menuju pulau sempu, dari Surabaya - malang kota
melalui jalur kereta memakan waktu sekitar 3 jam, dan perjalanan awal dari
malang kota menuju pelabuhan sendang biru membutuhkan waktu 6 jam yang harus di
tempuh dengan carteran angkutan umum yang khusus untuk track menuju kesana,
dikarenakan track menuju pelabuhan sendang biru adalah pegunungan. Kalau tidak
salah buyget yang kita butuhkan untuk menyewa angkutan ini sekitar Rp.450.000
sudah termasuk pulang pergi dari stasiun kota ke pelabuhan dan pelabuhan
stasiun kota,
Baru
saja turun sampai pelabuhan, saya sudah kagum akan pemandangan alam sekitar
sekaligus pertama kalinya saya melihat seekor Nebulosus dengan ukuran 2 meter,
jarang ada nebulosus dengan panjang 2 meter, dan ketika saya bertanya pada
warga sekitar jawabannya adalah biawak laut yang terucap bukannya nebulosus, maklum
lah emang masyarakat biasanya nyebutnya biawak meskipun varanus jenis apapun ya
menyebutnya biawak.
Varanus Nebulosus atau sering kita singkat nebu adalah
varanus yang hidup di sekitas pesisir pantai dengan warna coklat kemerahan
dengan kepala kuning memudar. karakter nafsu makanya yang tinggi dan termasuk
jenis varanus yang mudah jinak dikarenakan tidak terlalu agresif seperti
varanus salvamonitor yang hidup di air tawar. Nah lanjut dengan perjalanan
pelabuhan sendang biru menuju pulau sempu yang di tempuh sekitar 30 menit dari
pesisir. Ketika
pertama kali menginjakan kaki di pulau sempu, hal pertama yang saya pikirkan
adalah, bagaimana kehidupan hewan – hewan di dalam pulau ini hidup tanpa adanya
air tawar, yang perlu di ketahui pulau
sempu adalah pulau yang tanpa adanya sumber air tawar, kecuali genangan air
hujan, bagaimana ketika musim kemarau ya? Yah inilah misteri kehidupan di pulau
sempu, yang sering di sebut –sebut Surga yang tersembunyi, Keindahan sebuah
pantai sangat jelas terlihat di pulau yang terletak di Kota Malang ini. Pulau
ini seperti belum banyak terjamah tangan-tangan manusia karena letaknya yang
bersembunyi dibalik sebuah kawasan cagar alam.
Pulau ini menyembunyikan keindahan
pantai dengan suasana yang masih menyatu dengan alam. Pasir putih yang lembut
saat bersentuhan dengan kaki, jernihnya air dengan perpaduan warna biru dan
hijau, Kedamaian
suasana ,ombak yang tenang dan hembusan angin yang sejuk membuat Anda seperti
merasa tinggal di surga hingga pikiran dan tubuh enggan untuk pergi dari Sagara
Anakan yang merupakan telaga di Pulau Sempu. Perjalanan awal dari Pulau Sempu menuju danau segara anakan membutuhkan
waktu 3 jam dengan track jalan kaki, track yang di lewati tergolong sulit
dikarenakan yang kita tapaki adalah karang dengan lapisan lumpur.ketika sampai
didanau segara anakan rasa lelah, haus dan emosi terbayar sudah, Danau Segara
Anakan telah terbentuk sejak berjuta-juta tahun lalu dan merupakan kawasan
cagar alam yang dilindungi oleh Pemerintah Kota Malang. Dikelilingi bukit-bukit
karang yang menjulang tinggi, membuat ombak laut selatan yang ganas tidak dapat
masuk ke dalam Segara Anakan.
Air laut yang mengisi telaga masuk
melalui lubang yang secara konstan selalu menembus Segara Anakan. Percikan
deburan ombak yang masuk melalui lubang memberikan pemandangan yang mungkin
jarang Anda jumpai sebelumnya. Ombak yang tenang memberikan suasana yang tentram di
telaga Segara Anakan. Belum lagi kemunculan Kera Abu abu dan Lutung Jawa yang sering berkeliaran
disekitar area ini, membuat jalan-jalan ke telaga Segara Anakan di Pulau Sempu
terasa begitu menyenangkan.
Pagi hari di hari kedua, saya mulai adventure
di sekitar danau anakan sagara, hal pertama yang saya jumpai adalah Lutung hewan herbivora ini merupakan kelompok monyet dunia lama yang membentuk genus Trachypithecus. Secara garis
besar, lutung tersebar di dua wilayah: Asia Tenggara (India barat daya, Tiongkok selatan, Kalimantan, dan Bali) dan India selatan berikut Sri Lanka. Lutung berbadan langsing dan berekor panjang. Warna bulu
(rambut) tubuhnya berlainan tergantung spesiesnya, Jika dibandingkan dengan
kakinya, tangan lutung terbilang pendek, dengan telapak yang tidak berbulu.
Ukuran lutung berkisar antara 40-80 cm, dengan berat 5-15 kg, pejantan berbadan lebih besar daripada betinanya. Tonjolan di atas matanya membedakan lutung dari
saudara dekatnya, surili. Lutung
hidup di hutan, terutama hutan hujan. Sehari-hari bergelayutan dan
melompat dari satu pohon ke pohon lainnya, lutung termasuk hewan siang
(hewan diurnal), dan sangat aktif pada pagi dan sore hari. Hewan ini
hidup bergerombol antara 5-20-an yang dipimpin oleh seekor jantan. Suara
pejantan ini sangat nyaring, ditujukan terutaman untuk mengingatkan agar
kelompok lain tidak memasuki wilayahnya. Lutung termasuk herbivora yang
terutama makan dedaunan, buah-buahan, dan kuncup bunga. bahan makanan yang cenderung keras
ini bisa dicerna, karena lutung memiliki empat kamar pada lambungnya.
Biasanya, lutung beranak
satu, dengan masa hamil tujuh bulan. Salah satu hal yang
menarik dari monyet ini adalah anaknya yang berbulu ke emasan,
dan dipelihara oleh seluruh betina dalam kelompok. Seiring dengan bertambahnya
umur, warna keemasan pada rambutnya ini akan semakin pudar berganti gelap
hingga akhirnya mencapai dewasa pada umur 4-5 tahun. Hewan ini bisa hidup
hingga 20 tahun. Dan pertanyaan awal
saya adalah, bagaimana mereka hidup di pulau tanpa sumber air tawar?
Ok deh lanjut
adventure lagi saja, ketika berjalan agak jauh, kami bertemu dengan ular laut, Ular
laut (Hydrophidae) adalah
anak suku dari suku ular berbisa Elapidae yang semuanya hidup di dalam laut.
Ular laut terdiri dari banyak jenis (salah satu di antaranya ular erabu atau laticauda spp.) dan semuanya
merupakan ular yang
memiliki racun yang
sangat kuat. Bayangkan ketika ada ular itu pun saya menjauh dan teman saya yang
katanya juara renang bahkan melupakan skill renangnya dengan berlari di dalam
air begitu tau saya lari. Ya untuk menghindari resiko sekecil apapun ya apa
boleh buat.
Di
hari ke 2 kami beranjak pulang menuju pelabuhan sendang biru, ya adventure
tetap berlanjut dikarenakan tetap berjalan di tengah hutan sekitar 2 jam, kali
ini pemandu perjalanan kami memberikan track yang cukup menantang dengan jalur
cepat, jalur yang belum pernah di tempuh sebelumnya. Benar saja, kami menjumpai
gerombolan babi hutan dan kera abu – abu, gerombolan hewan ini lah yang paling
tidak saya suka, karena hewan hewan ini serasa jadi preman di tengah hutan,
mereka tidak akan berhenti membuntuti sampai makanan yang kami bawa habis.
Berhubung menghindari pertarungan dengan hewan primitif ini kami berikan apa
yang mereka minta, 1 tas biscuit kami berikan, alhasil kami kelaparan dalam
perjalan menuju pelabuhan.
Tidak terasa 3 jam terlewati
dengan rasa letih yang luar biasa kita sampai di tepi pantai sempu tinggal
menunggu perahu yang menjemput kita. Sesampai di pelabuhan kita berkemas menuju
Surabaya. Kita habiskan 12 jam perjalan dari pelabuhan sampai Surabaya kota.
Mungkin ini sedikit cerita perjalan saya dari pulau sempu. Banyak sekali hewan
yang belum saya ketahui, namun sedikit ilmu dari perjalanan saya di pulau sempu
untuk menambah sedikit wawasan tentang alam dan keaneragaman hayati di
Indonesia ini. Dan pertanyaan awal saya masih belum terjawab, Bagaimana Makhluk Hidup disana bertahan
hidup tanpa adanya sumber air tawar?
Komentar
Posting Komentar